ADD/ADHD atau Attention Deficit Disorder—sedangkan ADHD yaaa tinggal ditambahi Hyperactive—merupakan salah satu “istilah” yang sejak lebih dari sepuluh tahun lalu semakin populer di kalangan masyarakat. Yaa, setidaknya itu yang saya perhatikan.
Lalu sebenarnya apa yang dimaksud dengan ADD/ADHD?
Nah, dalam tulisan ini saya akan coba membagi pemahaman saya mengenai ADD/ADHD dari beberapa sumber yang saya gunakan dan dari hasil amatan saya pribadi sebagai ibu yang anaknya mau-tak-mau terkena diagnosis simptom ADD/ADHD juga J dan selanjutnya hanya akan menggunakan istilah ADHD, supaya hemat karakter. Ingat! Jangan jadikan rujukan mutlak yaa, untuk lebih jelas tentu lebih asyik kalau datang langsung ke klinisian yang anda sukai.
Salah satu ciri utama dari ADHD adalah pola perilaku, yang dapat muncul dalam berbagai situasi seperti di rumah, di sekolah, maupun seting lainnya. Pola perilaku yang khas berupa performa baik dari segi sosial, edukasional atau pun performa dalam kegiatan lainnya.
Dari dahulu (masa DSM-IV) sampai kini (DSM-5) simptom ADHD dibagi dalam dua kategori yaitu kategori hambatan atensi dan kategori hiperaktivitas/impulsivitas termasuk perilaku seperti gagal dalam memperhatikan detail, kesulitan mengorganisasi tugas dan aktivitas, bicara berlebihan atau terus-menerus berbicara, gelisah, atau ketidakmampuan untuk menjaga tetap-duduk dalam situasi yang sesuai.
Pada anak-anak setidaknya terdapat minimal 6 kriteria dari salah satu kategori maupun dari kedua kategori untuk dapat menegakkan diagnosa ADHD. Sedangkan untuk remaja dan dewasa minimal 5 kriteria. Jika mengacu pada DSM-5, beberapa simptom tersebut harus muncul sebelum usia 12 tahun (bandingkan dengan DSM-IV dimana usia onsetnya pada usia 7 tahun). Perubahan ini terjadi karena hasil riset yang dipublikasi pada tahun 1994 menemukan bahwa tidak ada perbedaan klinis antara anak yang diidentifikasi pada usia 7 tahun dengan yang diidentifikasi pada usia yang lebih terlambat dalam hal derajat ADHD, dan hasil atau respon pengobatan.
Salaam,
Maret 2019